Senin, 01 Juni 2009

BENGAWAN SOLO

PETA SOLO


View Larger Map

KERATON KASUNANAN SURAKARTA


Kesunanan Surakarta merupakan kelanjutan Kasunanan Surakarta, yang pada gilirannya adalah kelanjutan Kesultanan Mataram yang runtuh akibat pemberontakan Trunajaya tahun 1677. Kasunanan Kartasura sendiri runtuh akibat pemberontakan orang-orang Cina yang mendapat dukungan dari orang-orang Jawa anti VOC tahun 1742. Saat itu yang menjadi raja ialah Pakubuwana II. Kota Kartasura berhasil direbut kembali oleh Cakraningrat IV sekutu VOC namun keadaannya sudah rusak parah. Pakubuwana II yang menyingkir ke Ponorogo memutuskan untuk membangun istana baru di desa Sala, bernama Surakarta Hadiningrat.

Kasunanan Surakarta sebagai kelanjutan dari Kasunana Kartasura kemudian dihadapkan pada pemberontakan Pangeran Mangkubumi adik Pakubuwana II tahun 1746. Di tengah ramainya peperangan, Pakubuwana meninggal karena sakit tahun 1749. Namun, ia sempat menyerahkan kedaulatan negeri Jawa sepenuhnya kepada VOC yang diwakili Baron von Hohendorff. Sejak saat itu, hanya VOC yang berhak melantik raja-raja keturunan Mataram.

Pada tanggal 13 Februari 1755 pihak VOC yang sudah mengalami kebangkrutan berhasil mengajak Pangeran Mangkubumi berdamai. Perjanjian Giyanti yang ditandatangani oleh Pakubuwana III mengakui kedaulatan Pangeran Mangkubumi sebagai raja Mataram yang menguasai setengah wilayah Kasunanan Surakarta dengan gelar Hamengkubuwana I. Seiring dengan berjalannya waktu, negeri Mataram yang dipimpin oleh Hamengkubuwana I kemudian lebih terkenal dengan nama Kesultanan Yogyakarta.

Selanjutnya, wilayah Kasunanan Surakarta semakin berkurang karena diberikan kepada Mangkunegara I sesuai perjanjian Salatiga tahun 1757. Wilayah Surakarta semakin berkurang lagi setelah Perang Diponegoro usai tahun 1830 di mana daerah-daerah mancanegara direbut paksa oleh Belanda.

 Di awal masa kemerdekaan Republik Indonesia (1945 - 1946), Kasunanan Surakarta bersama Praja Mangkunegaran sempat menjadi Daerah Istimewa Surakarta. Akan tetapi karena kerusuhan dan agitasi politik saat itu, maka pada tanggal 16 Juni 1946 oleh Pemerintah Indonesia statusnya diubah menjadi Karesidenan Surakarta, menyatu dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. (21 Juli 2008)


Sumber :

http://www.garasisolo.com/index.php/gallery/lokasi-penting/kraton-kasunanan-surakarta

2 Juni 2009

Sumber Gambar:

http://ipi.pnri.go.id/Rakerpus_XIV/image/keraton.jpg

WISATA DI SEKITAR SOLO :TAWANGMANGGU


Tawangmangu, sebuah tempat plesiran 42 km sebelah Timur kota Solo. Tawangmangu terletak di lereng sebelah Barat Gunung Lawu pada ketinggian 1050 meter dpl. Kalau terus ke timur (sekitar 16 km lagi) kita akan sampai ke suatu tempat plesir yang lain yang bernama Telaga Sarangan yang terkenal karena telaga pasirnya.

Tujuan utama wisatawan yang berkunjung ke Tawangmangu adalah air terjun Grojogan Sewu. Untuk mencapai air terjun Grojogan Sewu, anda harus berjalan menuruni anak tangga yang jaraknya (kalau dihitung dari pintu masuk) sekitar 600 meter. Disepanjang jalur anak tangga ini dapat kita jumpai kera-kerajinak yang merupakan penghuni hutan wisata Tawangmangu.

Rasa capek yang anda rasakan selama menuruni anak tangga akan segera hilang, begitu anda sampai di dasar air terjun. Air terjun setinggi 80 meter ini memilki pesona yang khas, di dasar air terjun terdapat batu-batu padas berukuran besar. Percikan air yang memantul ketika air sampai ke dasar dapat kita rasakan seperti gerimis sampai jarak sekitar 60 meter (yang tentu saja bisa membuat kita basah kuyub).

Bila pakaian anda basah jangan kuatir, di dekat air terjun terdapat kolam renang yang cukup bersih. Nah, anda dapat berenang disini sambil menunggu baju anda kering (baju renang dapat anda sewa disini). Tapi jika anda kurang nyaman berenang dengan baju renang sewaan, anda dapat berjemur di pinggir kolam sampai baju anda kering ...he..he..

Selain ke Grojogan Sewu, wisatawan biasanya juga mengunjungi taman wisata Balekambang. Ditaman ini selain bisa beristirahat sambil menikmati taman, wisatawan bisa juga menikmati fasilitas olah raga seperti kolam renang dan lapangan tenis. Di sekitar taman Balekambang inilah dapat kita jumpai banyak rumah makan dan hotel melati.

Selain sebagai resort wisata, Tawangmangu biasanya juga dipergunakan sebagai lokasi transit bagi penganut Kejawen yang ingin melakukan ziarah. Biasanya para penganut kejawen akan pergi ke dua tempat yaitu:

  • Gua Pringgodani, dapat dicapai dengan berkuda dari Tawangmangu, digunakan sebagai tempat meditasi.
  • Puncak Lawu, tempat yang dipercaya memiliki kekuatan magis dan dipercaya merupakan tempat peristirahatan terakhir Prabu Brawijaya V (Maharaja Majapahit terakhir)

Seperti banyak resort pegunungan yang lain, di Tawangmangu banyak dijumpai penjual sate kelinci. Penjual sate kelinci biasanya berjualan dengan pikulan dan berjualan di sela-sela pohon cemara.

Sumber :

http://www.kabaresolo.com/KabareSoloSekitar04.htm

2 Juni 2009

Sumber Gambar:

http://ipi.pnri.go.id/Rakerpus_XIV/image/tawangmangu.jpg

SOLO TECHNOPARK SUDAH DILUNCURKAN


Pemerintah Kota (Pemkot) Solo bertekad menjadikan Kota Solo sebagai kota vokasi dan pusat inovasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Tekad itu disusul dengan rencana dibangunnya Solo Technopark sebagai pusat pendidikan dan teknologi, pusat riset, pusat pelatihan dan pusat inkubasi produk baru, serta pusat industri dan perdagangan.

Wacana tersebut mengemuka dalam acara soft launchingSolo Technopark, Selasa (19/5) di Gedung Pusat Riset and Development (R&D). Solo Technopark merupakan kawasan terpadu menggabungkan dunia industri, perguruan tinggi, riset dan pelatihan, kewirausahaan, perbankan, pemerintah pusat dan daerah, yang sarat dengan teknologi, di kawasan Pedaringan, Jebres, Solo, Jawa Tengah.

Meskipun pembangunan kawasan baru mencapai 30 persen, Pemkot Solo menggelar soft launching kawasan tersebut di Gedung Pusat Research and Development (R&D). Gedung itu kini digunakan oleh para peserta pendidikan dan latihan Surakarta Competency and Technology (SCTC).

Gedung riset dan pengembangan tersebut merupakan tempat pendidikan dan pelatihan mekanik, las, bisnis inkubator, dan pusat pelayanan inovasi untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM). Selain gedung R&D, di kawasan Solo Technopark juga berdiri Gedung Teaching Factory, yang akan digunakan sebagai tempat pelatihan dan produksi dengan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan SMK-SMK di Kota Solo.

Acara peluncuran tersebut dihadiri oleh Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka (ILMTA) Departemen Perindustrian Anshari Bukhari dan Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Utama PadmadinataAcara ditandai dengan peluncuran logo Solo Technopark oleh Wali Kota Solo Joko Widodo, dan penandatanganan kerja sama Pemkot Solo dan Direktorat Jenderal ILMTA Departemen Perindustrian tentang rencana pembuatan prototip mesin perkakas dan pengembangan inkubator bisnis di bidang pengolahan rumput.

"Di antara kota-kota lain yang membangun Technopark, Kota Solo merupakan yang paling siap dan paling mapan," kata Anshari. Anshari berharap, kawasan ini akan menghasilkan sumber daya manusia yang handal di bidang industri.

Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Daerah Triyanto menegaskan, SCTC merupakan embrio didirikannya Solo Technopark. SCTC dirintis sejak 2001 atas rekomendasi Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) Departemen Pendidikan Nasional dan Indonesian German Intitutes (IGI). Bekerja sama dengan Akademi Teknik Mesin Industri Surakarta, Pemkot Solo melahirkan lembaga diklat kompetensi mesin dengan nama SCTC.

Untuk biaya operasionalnya, sejak 2004 lalu SCTC menerima bantuan peralatan dari IGI dan menyelenggarakan pendidikan dan latihan mekanik atau mesin bagi para pemuda penganggur. Selain itu, SCTC juga membina SMK-SMK dengan program keahlian mesin perkakas. Di SCTC, lamanya pendidikan dan latihan hingga sembilan bulan. Menilai keberhasilan SCTC, tahun 2006 lalu Pemkot Solo pun menggagas konsep Solo Technopark. (19 Mei 2009)


Sumber :

http://edukasi.kompas.com/read/xml/2009/05/19/16105417/wah.solo.technopark.sudah.diluncurkan

2 Juni 2009

Sumber Gambar:

http://img152.imageshack.us/img152/8914/s5020703os5.jpg


GESANG MARTOHARTONO, SEBUAH LEGENDA MAESTRO KERONCONG




Tak banyak penyanyi atau pemusik Indonesia yang bisa menjadi legenda di masyarakat. Satu dari yang sedikit itu, ialah maestro keroncong asal Solo, Gesang Martohartono, pencipta lagu Bengawan Solo. Sebuah lagu keroncong yang menyeberangi lautan. Lagu yang sangat digemari di Jepang. Lagu merupakan bahasa umum yang melintasi dunia. Lagu yang telah menjembatani pertukaran kebudayaan pada akar rumput antara Jepang dan Indonesia.

Dan, tak banyak pula dari penyanyi atau pemusik Indonesia yang bisa bertahan hingga usia 85 tahun. Gesang bahkan telah membuktikan bahwa dalam usianya yang ke-85 tahun, masih mampu merekam suaranya. Rekaman bertajuk Keroncong Asli Gesang itu diproduksi PT Gema Nada Pertiwi (GMP) Jakarta, September 2002.

Peluncuran album rekaman itu bertepatan dengan perayaan ulang tahun Gesang ke-85, yang diadakan di Hotel Kusuma Sahid di Solo, Selasa (1/10) malam. Hendarmin Susilo, Presiden Direktur GMP, menyebutkan produksi album rekaman Gesang yang sebagian dibawakan sendiri Gesang, merupakan wujud kecintaan dan penghargaannya pada dedikasi sang maestro terhadap musik keroncong.

Sudah empat kali PT GMP memproduksi album khusus Gesang, yaitu pada 1982, 1988, 1999, dan 2002. Dari 14 lagu dalam rekaman compact disk (CD), enam di antaranya merupakan lagu yang belum pernah direkam. Yaitu Seto Ohashi (1988), Tembok Besar (1963), Borobudur (1965), Urung (1970), Pandanwangi (1949), dan Swasana Desa (1939). Selebihnya lagu-lagu lama karya Gesang, yang temanya menyinggung usia Gesang yang sudah senja seperti Sebelum Aku Mati, Pamitan, dan tentu saja Bengawan Solo. 

Ini memang lebih sebagai album penghormatan atas sebuah legenda daripada sebuah produk yang tak punya selling point. Dalam album ini suara Gesang agak "tertolong" karena didampingi penyanyi-penyanyi kondang: Sundari Soekotjo, Tuty Tri Sedya, Asti Dewi, Waldjinah. 

"Terus terang, suara saya jelek. Apalagi saat rekaman itu saya sedang sakit batuk, sehingga terpaksa diulang-ulang hingga, ya, lebih lumayan," ungkap Gesang polos. Menurut dia, sebenarnya aransemen dan iringan musik oleh Orkes Keroncong Bahana itu dia rasa kurang cocok untuk kondisi vokalnya. 

***
SUDAH lima tahun terakhir, perayaan HUT Gesang diadakan di hotel yang sama. Penyelenggaranya gabungan dari anggota keluarga Gesang dan Yayasan Peduli Gesang (YGP) dari Jepang. YGP semula merupakan wadah sejumlah warga Jepang yang memiliki penghormatan khusus pada Gesang, dan mereka menghimpun dana untuk membantu kehidupan Gesang. Sebagian dari mereka adalah orang Jepang yang berusia di atas 80 tahun, karena pada masa perang dahulu sudah mengagumi lagu Bengawan Solo.

Mereka datang berombongan dari Jepang-asal Tokyo, Pulau Shikoku, Yokohama-dan tiba sehari sebelumnya. Setiap tahun anggota rombongan berganti-ganti, dan sebagian anggota tetap. Menurut Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang, Okihara Toshio, sebenarnya banyak warga Jepang yang berniat datang ke Solo, tetapi terbentur teknis untuk mengumpulkan mereka sehingga hanya terkumpul 26 orang. 

Bayangkan. Mereka menempuh jarak ribuan kilometer hanya untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada Gesang. Selain mesti membeli tiket pesawat terbang pergi-pulang dan mengeluarkan biaya akomodasi, mereka juga membawa cenderamata buat Gesang. Dari amplop berisi uang yen hinga lukisan. Bahkan ada yang sengaja datang ke Solo untuk bisa bernyanyi (bermain piano) bersama Gesang. Ada juga yang menari. 
Ketua Yayasan Peduli Gesang, Ny Yokoyama Kazue (55) agak menyayangkan ketidakhadiran sejumlah warga Jepang yang tinggal di Kota Solo, padahal tahun lalu saat perayaan HUT Gesang mereka datang. HUT yang istimewa itu, 85 tahun, hanya dihadiri kurang dari 100 orang. 

Ia juga menyayangkan ketidakhadiran kalangan pemusik dan penyanyi keroncong setempat. Padahal panitia dari Jepang telah menyiapkan penghargaan kepada mereka. HUT Gesang malam itu terasa sepi tanpa kehadiran penyanyi Waldjinah, komponis Andjar Any, atau kalangan musik keroncong lainnya. Tak satu pun kalangan pejabat yang hadir, maupun mereka yang selama ini menyebut dirinya menghargai musik Indonesia. 

Barangkali ini sebuah ironi tentang sebuah bangsa yang konon sangat mengagungkan kepahlawanan. Ny Yokoyama mengaku, sebenarnya ia hanya melanjutkan usaha mendiang Hirano Widodo, salah seorang warga Jepang (tinggal di Klaten) pengagum Gesang. "Saya sudah telanjur berjanji pada Pak Hirano tatkala beliau dirawat di rumah sakit," tutur Ny Yokoyama. Ia bahkan mengaku, sebelumnya tidak mengenal Gesang. 

***
MENYEBUT kekaguman terhadap Gesang sebagai sebuah legenda, rasanya tidak adil tanpa menyebut peran PT Gema Nada Pertiwi yang dipimpin Hendarmin Susilo (57). "Saya termasuk warga keturunan, tetapi saya cinta negeri ini, dan menyukai lagu-lagu daerah di sini seperti gending, degung, lagu-lagu Tapanuli, terutama keroncong," ungkapnya. 

Hendarmin mengaku, kecintaannya pada musik keroncong seperti sudah mendarah-daging, dan karena itu ia siap berkorban. Ia juga menghormati Gesang, bahkan telah menganggapnya sebagai "orangtua"-nya. 

Kalau bukan berdasar rasa kagum dan penghargaan yang mirip mitos, rasanya memang tak masuk akal sebuah perusahaan rekaman memproduksi album rekaman musik keroncong. "Apalagi di masa sulit sekarang ini," kata Hendarmin. "Memang banyak teman Asiri yang menyebut saya gila." 

Ditambahkan, kalau cuma dihitung dengan ilmu dagang, memproduksi album keroncong jelas merugi. Tentang besarnya prosentase pemasaran album musik keroncong, misal dibanding musik pop, Hendarmin bertamsil, "Wah, kita harus menggunakan kaca pembesar untuk bisa melihatnya." 
Sebagai gambaran, rekaman Album Emas Gesang (1999) cuma laku 7.000 kaset dan 1.000 CD. Bandingkan dengan album musik pop Indonesia yang, kalau meledak, bisa mencapai 400.000 keping. "Tetapi, dalam hidup ini kan ada harga yang lain. Yakni ketika kita dihargai oleh orang lain, seperti penghargaan orang Jepang terhadap Pak Gesang itu. Macam itu tidak bisa dinilai dengan uang saja," katanya. 

Hendarmin juga menyebutkan, sebenarnya bukan hanya kalangan masyarakat Jepang yang mengagumi Gesang. Nama Gesang dengan Bengawan Solo-nya juga cukup dikenal pula di daratan Tiongkok. Dalam kaitan itu ia menyebut jasa Bung Karno yang pada masa lalu sering membawa misi kesenian ke RRC, juga Vietnam, dan negara Asia Tenggara yang lain.

Bengawan Solo

bengawan solo, riwayatmu ini 
sedari dulu jadi perhatian insani 
musim kemarau, tak seberapa airmu 
di musim hujan air meluap sampai jauh ... 

mata airmu dari solo 
terkurung gunung seribu 
air mengalir sampai jauh 
akhirnya ke laut ... 

itu perahu, riwayatmu dulu 
kaum pedagang s'lalu naik itu perahu

Keroncong yang Menyeberangi Lautan 
Lagu "Bengawan Solo" yang berlanggam keroncong, sangat terkenal di Jepang. Orang Jepang langsung tahu bila kita menyebut "Bengawan Solo", karena sudah sejak lama mereka kenal. Terutama bagi mereka yang sudah berusia lanjut, mendengar lagu ini menimbulkan adanya perasaan nostalgia. Demikianlah, melalui "Bengawan Solo" yang digubah, telah tumbuh pertukaran yang bersejarah antar rakyat Jepang dan Indonesia. 

"Bengawan Solo" masuk ke Jepang untuk pertama kali sekitar setengah abad yang lalu di kala masa perang. Pada waktu tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa, lagu itulah yang dari radio terdengar secara luas di kalangan serdadu Jepang serta orang-orang Jepang yang berada di sini. 

Seusai perang, berkat para tentara Jepang dan orang-orang perusahaan dagang Jepang yang pulang kembali ke negerinya, lagu tersebut kerap terpelihara eksistensinya, bahkan "Bengawan Solo" dengan syair dalam bahasa Jepang menjadi sangat populer. Konon orang orang di Jawa yang mendengar lagu itu merasakan ketenangan hati serta nostalgia, mengingatkan mereka akan masa mudanya karena melodi lagu serupa dengan lagu rakyat Jepang. 

Salah pengertian bahwa "Bengawan Solo" merupakan lagu rakyat yang komponisnya tidak dikenal, berlangsung cukup lama. Akan tetapi ada orang-orang Jepang yang berdaya upaya bagi terjalinnya pertukaran antar rakyat biasa dengan Indonesia, mereka mencari melodi-melodi indah dari negeri-negeri lain dan membantu para komponis yang terlupakan. 

Setelah mencari dan melacak keberadaan penggubahnya, Gesang pada tahun 1989, dengan dana yang dikumpulkan dari himpunan persahabatan Jepang-Indonesia di berbagai tempat di Jepang, telah dibentuk Dana Himpunan Gesang dengan alasan bahwa "Bengawan Solo bersifat Abadi", bahkan sampai didirikan sebuah monumen patung setengah badan Gesang di Taman Jeruk, Kota Solo. 

Gesang datang pada festival salju Sapporo atas undangan himpunan persahabatan Sapporo dengan Indonesia pada tahun 1980, untuk pertama kali. Setelah itu telah berkali-kali datang ke Jepang atas undangan himpunan persahabatan Jepang. Demikianlah pagelaran keroncong berlangsung di Jepang untuk pertama kali dengan membawakan lagu "Bengawan Solo". Melalui Gesang dan musik keroncong, orang menjadi sadar bahwa musik adalah sesuatu yang mutlak perlu bagi persahabatan dan perdamaian dunia. Lebih-lebih lagi, berkat kerendahan hati Pak Gesang; kepribadiannya telah membawa keakraban dan kehangatan bagi orang Jepang. Berkat kunjungannya ke Jepang, keroncong telah mengalami boom secara diam-diam. 

Lagu merupakan bahasa umum yang melintasi dunia. "Bengawan Solo" yang melintasi batas negara, dengan memperkayakan hati manusia telah menjembatani pertukaran kebudayaan pada akar rumput antara Jepang dan Indonesia. 


Sumber :
TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia), sumber Kompas dan www.id.emb-japan.go.jp/283p18.html  dalam :

http://tokohindonesia.com/ensiklopedi/g/gesang/index.shtml

2 Juni 2009


Sumber Gambar :


http://www.elshinta.com/v2003a/images/foto/bengawan%20solo.jpg

http://www.republika.co.id/images/news/2008/10/20081008131933.jpg

WISATA SOLO

SoloSala, atau Surakarta, adalah nama sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kota ini terletak pada jalur strategis, yaitu pertemuan jalur dari Semarang dan dari Yogyakarta menuju Surabaya dan Bali. Wilayah di sekitar kota ini juga sering pula disebut sebagai Surakarta, yaitu bekas wilayah Keresidenan, pada awal masa Republik.

Kota Surakarta bukanlah kota yang tua (berdiri tahun 1745) namun memiliki peran sejarah yang besar. Kota ini pernah menjadi pusat pemerintahan pada masa akhir Kesultanan Mataram. Setelah perpecahan Mataram, Surakarta menjadi pusat pemerintahan Kasunanan Surakarta dan Praja Mangkunagaran. Jika ditarik lebih jauh, kedua pusat feodalisme Jawa ini memiliki keterkaitan dengan Majapahit, karena dinasti Mataram merupakan keturunan dari raja-raja Kesultanan Demak, yang juga merupakan penerus suksesi dinasti Wijaya, sang pendiri Majapahit.

Dalam perkembangannya, Solo menjadi kota dagang penting (di Solo berdiri Syarikat Dagang Islam pada tahun 1905), kota wisata (dijuluki "kota pelesir", dengan konotasi agak negatif), dan kota budaya. Bangunan bersejarah, produk kesenian, makanan khas, serta hiburan mudah dijumpai di tempat ini dan di titik-titik di sekitar kota ini.


Wisata budaya

  • Keraton Surakarta
  • Istana Mangkunagaran
  • Museum Radyapustaka
  • Museum Galeri Batik Kuno Danarhadi
  • Kampung Wisata Batik Kauman Solo
  • Museum Lukis Dullah
  • Candi Prambanan Klaten
  • Balai Sujatmoko toko Gramedia (tempat even pameran kesenian)
  • Galeri ASDI, Jl. Slamet Riyadi
  • Taman Sriwedari
  • Taman Budaya Jateng di Surakarta (TBS)/ Teater Arena).
  • Pasar Barang antik Triwindu.
  • Pasar Iwak Hias (pasar gedhe)
  • Pasar Keris dan Cenderamata Alun-Alun Utara Kraton Solo.
  • Pasar Klewer (Pasar Batik terbesar di Indonesia)
  • Kasar barang klithikan NItiharjo Silir Semanggi
  • Kampung batik laweyan
  • Pasar buku kuno di Alun-alun Utara Kraton Solo

[sunting]
Wisata alam

  • Tawangmangu (Puncak-nya Solo, berudara dingin, dengan air terjun 80 meter, tracking, tempat istirahat)
  • Kompleks Makam Mangkunegaran di Makam Presiden Suharto & Istri di Mengadeg, Matesih, Karanganyar
  • Selo (Di gunung Merapi-Merbabu)
  • Kebun Binatang Jurug
  • Jumok (air terjun dan tempat peristirahatan)
  • Museum purbakala Sangiran
  • Waduk Gajahmungkur Wonogiri
  • SSB (Solo Selo Borobudur).
  • Candi Cetho, patung Dewi Sri, dan Tea-walk di Kemuning, Karanganyar
  • Candi Sukuh
  • Hutan Jati Krendhowahono Wonogiri
  • Luweng Ombo Wonogiri
  • Bekonang (suasana Pedesaan)
  • Nonton Pesawat Terbang, gunung Merbabu dan Merapi

(lap terbang Adisumarmo)

  • Waduk Cengklik

Sumber :
2 Juni 2009

TENTANG KOTA SOLO ATAU SURAKARTA

Kota Surakarta (juga SoloSala, dan [tidak dipakai lagi] Salakarta) adalah sebuah kota di Provinsi Jawa TengahIndonesia. Di Indonesia, Surakarta merupakan kota peringkat kesepuluh terbesar (setelah Yogyakarta). Sisi timur kota ini dilewati sungai yang terabadikan dalam salah satu lagu keroncong,Bengawan Solo. Kota ini dulu juga tempat kedudukan dari residen, yang membawahi Karesidenan Surakarta di masa awal kemerdekaan. Jabatan residen sekarang dihapuskan dan diganti menjadi "pembantu gubernur untuk wilayah Surakarta". Kota Surakarta memiliki semboyan BERSERI yang merupakan akronim dari Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah. Untuk kepentingan pemasaran pariwisata, Solo mengambil slogan pariwisata Solo the Spirit of Java yang diharapkan bisa membangun citra kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa.

Kota Solo terletak sekitar 65 km timur laut Yogyakarta dan 100 km tenggaraSemarang. Lokasi kota ini berada di dataran rendah (hampir 100m di atas permukaan laut) yang diapit Gunung Merapi di barat dan Gunung Lawu di timur. Agak jauh di selatan terbentang Pegunungan Sewu. Di sebelah timur mengalir Bengawan Solo dan di bagian utara mengalir Kali Pepe yang merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai Solo.


Tanah di Solo bersifat pasiran dengan komposisi mineral muda yang tinggi sebagai akibat aktivitas vulkanik kedua gunung api yang telah disebutkan di atas. Komposisi ini, ditambah dengan ketersediaan air yang cukup melimpah, menyebabkan dataran rendah ini sangat baik untuk budidaya tanaman pangan, sayuran, dan industri, seperti tembakau dan tebu. Namun demikian, sejak 20 tahun terakhir industri manufaktur dan pariwisata berkembang pesat sehingga banyak terjadi perubahan peruntukan lahan untuk kegiatan industri dan perumahan penduduk.


Surakarta berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan.

Jumlah penduduk kota Surakarta pada tahun 2003 adalah 552.542 jiwa terdiri dari 270.721 laki-laki dan 281.821 wanita, tersebar di lima kecamatan yang meliputi 51 kelurahan. Perbandingan kelaminnya 96,06% yang berarti setiap 100 orang wanita terdapat 96 orang laki-laki. Angka ketergantungan penduduknya sebesar 66%. Jumlah penduduk tahun 2003 jika dibandingkan dengan jumlah penduduk hasil sensus tahun 2000 yang sebesar 488.834 jiwa, berarti dalam 3 tahun mengalami kenaikan sebanyak 83.708 jiwa. Catatan dari tahun 1880 memberikan cacah penduduk 124.041 jiwa.

Jika wilayah penyangga Surakarta juga digabungkan secara keseluruhan (Soloraya - Surakarta + Kartasura, Colomadu, Baki, Grogol, Palur), maka luasnya adalah 130 km². Penduduknya berjumlah 850.000 jiwa.


Sumber :

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surakarta

2 Juni 2009

SEJARAH SOLO

SEJARAH KELAHIRAN

 

Sejarah kelahiran Kota Surakarta (Solo) dimulai pada masa pemerintahan Raja Paku Buwono II di Kraton Kartosuro. Pada masa itu terjadi pemberontakan Mas Garendi (Sunan Kuning) dibantu kerabat-kerabat Keraton yang tidak setuju dengan sikap Paku Buwono II yang mengadakan kerjasama dengan Belanda. Salah satu pendukung pemberontakan ini adalah Pangeran Sambernyowo (RM Said) yang merasa kecewa karena daerah Sukowati yang dulu diberikan oleh keraton Kartosuro kepada ayahandanya dipangkas. Karena terdesak, Paku Buwono mengungsi kedaerah Jawa Timur (Pacitan dan Ponorogo).


Dengan bantuan pasukan Kumpeni dibawah pimpinan Mayor Baron Van Hohendrof serta Adipati Bagus Suroto dari Ponorogo pemberontakan berhasil dipadamkan. Setelah tahu Keraton Kartosuro dihancurkan Paku Buwono II lalu memerintahkan Tumenggung Tirtowiguno, Tumenggung Honggowongso, dan Pangeran Wijil untuk mencari lokasi ibu kota Kerajaan yang baru.

 

Pada tahun 1745, dengan berbagai pertimbangan fisik dan supranatural, Paku Buwono II memilih desa Sala disebuah desa di tepi sungai Bengawan Solo- sebagai daerah yang terasa tepat untuk membangun istana yang baru. Sejak saat itulah, desa sala segera berubah menjadi Surakarta Hadiningrat.

 

Melihat perjalanan sejarah tersebut, nampak jelas bahwa perkembangan dan dinamika Surakarta (Solo) pada masa dahulu sangat dipengaruhi  selain    oleh Pusat Pemerintahan dan Budaya Keraton (Kasunanan dan Mangkunegaran), juga oleh kolonialisme Belanda (Benteng Verstenberg). Sedangkan pertumbuhan dan persebaran ekonomi melalui Pasar Gedhe (Hardjonagoro).

 

SEJARAH PEMERINTAHAN

Tanggal 16 Juni merupakan hari jadi Pemerintah Kota Surakarta. Secara de facto tanggal 16 Juni 1946 terbentuk Pemerintah Daerah Kota Surakarta yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, sekaligus menghapus kekuasaan Kerajaan Kasunanan dan Mangkunegaran.

Secara yuridis Kota Surakarta terbentuk berdasarkan penetapan Pemerintah tahun 1946 Nomor 16/SD, yang diumumkan pada tanggal 15 Juli. Dengan berbagai pertimbangan faktor-faktor historis sebelumnya, tanggal 16 Juni 1946 ditetapkan sebagai hari jadi Pemerintah Kota Surakarta

Sumber :

http://surakarta.go.id/kspsolo/index.php?option=isi&task=view&id=2&Itemid=37

2 Juni 2009