Rabu, 30 Desember 2009

PROFIL KOTA SURAKARTA


Kota Surakarta memiliki luas wilayah 44,04 Km2 terbagi menjadi 5 kecamatan dan 51 Desa ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten sukoharjo di sebelah selatan, Kabupaten sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar di sebelah barat dan timur.

Kota Surakarta terkenal dengan batik, keraton, dan pasar klewer, layak perekonomian yang didominasi oleh kegiatan pariwisata dan perdagangan dan jasa, begitu juga dengan Surakarta, kota ini lebih dikenal dengan Kota Solo. Untuk pariwisata, eksistensi keraton Kasunanan surakarta Hadiningrat dan Mangkunegaran menjadikan Solo sebagai poros sejarah, seni, budaya, yang memiliki nilai jual. Nilai jual ini termanifestasi melalui bagunan kuno, tradisi kerajaan yang terpelihara, dan karya seni yang menakjubkan, tatanan penduduk setempat yang tidak lepas dari sentuhan-sentuhan kultural dan spiritual keraton yang semakin menambah daya tarik. Salah satu tradisi yang berlangsung turun temurun dan semakin mengangkat nama daerah ini adalah membatik. Seni dan pembatikan solo menjadikan daerah ini menjadi pusat batik di Indonesia.

Pariwisata dan perdagangan ibarat dua sisi mata uang, sektor pariwisata tidak akan ada artinya bila didukung sektor perdagangan, minimal keberadaan perdagangan cendera mata dan kerajinan khas daerah menjadikan pariwisata semakin berdenyut. Berbeda dengan kegiatan perdagangan, sektor pertanian kurang bisa diandalkan, kebutuhan pokok seperti beras, sayur-sayurandan bahan dasar protein yang seharusnya terpenuhi melalui sektor ini harus bergantung dari daerah lain. Pemberdayaan sektor pertanian hampir tidak mungkin dapat dilakukan, sama sulitnya dengan mengembangkan wilayah permukiman akibat keterbatasan lahan.

Secara kumulatif, sektor tersier yang terdiri dari usaha perdagangan, hotel, dan restoran,angkutan, dan komunikasi serta jasa-jasa menjadi andalan daerah. Terdapat beberapa industri pengolahan yang didominasi oleh industri rumahtangga, kebanyakan industri bergerak dalam bidang pembuatan bati dna pakaian jadi yang hasilnya tidak hanya dinikmati oleh pasar setempat dan nasional, tetapi juga pasar internasional.


Sumber Data:
Jawa Tengah Dalam Angka 2007
(01-10-2007)
BPS Provinsi Jawa Tengah
Jl. Pahlawan 6, Semarang 50241
Telp (024) 8311242, 8412802
Fax (024) 8311195

Sumber :
http://regionalinvestment.com/newsipid/id/displayprofil.php?ia=3372

Senin, 01 Juni 2009

BENGAWAN SOLO

PETA SOLO


View Larger Map

KERATON KASUNANAN SURAKARTA


Kesunanan Surakarta merupakan kelanjutan Kasunanan Surakarta, yang pada gilirannya adalah kelanjutan Kesultanan Mataram yang runtuh akibat pemberontakan Trunajaya tahun 1677. Kasunanan Kartasura sendiri runtuh akibat pemberontakan orang-orang Cina yang mendapat dukungan dari orang-orang Jawa anti VOC tahun 1742. Saat itu yang menjadi raja ialah Pakubuwana II. Kota Kartasura berhasil direbut kembali oleh Cakraningrat IV sekutu VOC namun keadaannya sudah rusak parah. Pakubuwana II yang menyingkir ke Ponorogo memutuskan untuk membangun istana baru di desa Sala, bernama Surakarta Hadiningrat.

Kasunanan Surakarta sebagai kelanjutan dari Kasunana Kartasura kemudian dihadapkan pada pemberontakan Pangeran Mangkubumi adik Pakubuwana II tahun 1746. Di tengah ramainya peperangan, Pakubuwana meninggal karena sakit tahun 1749. Namun, ia sempat menyerahkan kedaulatan negeri Jawa sepenuhnya kepada VOC yang diwakili Baron von Hohendorff. Sejak saat itu, hanya VOC yang berhak melantik raja-raja keturunan Mataram.

Pada tanggal 13 Februari 1755 pihak VOC yang sudah mengalami kebangkrutan berhasil mengajak Pangeran Mangkubumi berdamai. Perjanjian Giyanti yang ditandatangani oleh Pakubuwana III mengakui kedaulatan Pangeran Mangkubumi sebagai raja Mataram yang menguasai setengah wilayah Kasunanan Surakarta dengan gelar Hamengkubuwana I. Seiring dengan berjalannya waktu, negeri Mataram yang dipimpin oleh Hamengkubuwana I kemudian lebih terkenal dengan nama Kesultanan Yogyakarta.

Selanjutnya, wilayah Kasunanan Surakarta semakin berkurang karena diberikan kepada Mangkunegara I sesuai perjanjian Salatiga tahun 1757. Wilayah Surakarta semakin berkurang lagi setelah Perang Diponegoro usai tahun 1830 di mana daerah-daerah mancanegara direbut paksa oleh Belanda.

 Di awal masa kemerdekaan Republik Indonesia (1945 - 1946), Kasunanan Surakarta bersama Praja Mangkunegaran sempat menjadi Daerah Istimewa Surakarta. Akan tetapi karena kerusuhan dan agitasi politik saat itu, maka pada tanggal 16 Juni 1946 oleh Pemerintah Indonesia statusnya diubah menjadi Karesidenan Surakarta, menyatu dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. (21 Juli 2008)


Sumber :

http://www.garasisolo.com/index.php/gallery/lokasi-penting/kraton-kasunanan-surakarta

2 Juni 2009

Sumber Gambar:

http://ipi.pnri.go.id/Rakerpus_XIV/image/keraton.jpg

WISATA DI SEKITAR SOLO :TAWANGMANGGU


Tawangmangu, sebuah tempat plesiran 42 km sebelah Timur kota Solo. Tawangmangu terletak di lereng sebelah Barat Gunung Lawu pada ketinggian 1050 meter dpl. Kalau terus ke timur (sekitar 16 km lagi) kita akan sampai ke suatu tempat plesir yang lain yang bernama Telaga Sarangan yang terkenal karena telaga pasirnya.

Tujuan utama wisatawan yang berkunjung ke Tawangmangu adalah air terjun Grojogan Sewu. Untuk mencapai air terjun Grojogan Sewu, anda harus berjalan menuruni anak tangga yang jaraknya (kalau dihitung dari pintu masuk) sekitar 600 meter. Disepanjang jalur anak tangga ini dapat kita jumpai kera-kerajinak yang merupakan penghuni hutan wisata Tawangmangu.

Rasa capek yang anda rasakan selama menuruni anak tangga akan segera hilang, begitu anda sampai di dasar air terjun. Air terjun setinggi 80 meter ini memilki pesona yang khas, di dasar air terjun terdapat batu-batu padas berukuran besar. Percikan air yang memantul ketika air sampai ke dasar dapat kita rasakan seperti gerimis sampai jarak sekitar 60 meter (yang tentu saja bisa membuat kita basah kuyub).

Bila pakaian anda basah jangan kuatir, di dekat air terjun terdapat kolam renang yang cukup bersih. Nah, anda dapat berenang disini sambil menunggu baju anda kering (baju renang dapat anda sewa disini). Tapi jika anda kurang nyaman berenang dengan baju renang sewaan, anda dapat berjemur di pinggir kolam sampai baju anda kering ...he..he..

Selain ke Grojogan Sewu, wisatawan biasanya juga mengunjungi taman wisata Balekambang. Ditaman ini selain bisa beristirahat sambil menikmati taman, wisatawan bisa juga menikmati fasilitas olah raga seperti kolam renang dan lapangan tenis. Di sekitar taman Balekambang inilah dapat kita jumpai banyak rumah makan dan hotel melati.

Selain sebagai resort wisata, Tawangmangu biasanya juga dipergunakan sebagai lokasi transit bagi penganut Kejawen yang ingin melakukan ziarah. Biasanya para penganut kejawen akan pergi ke dua tempat yaitu:

  • Gua Pringgodani, dapat dicapai dengan berkuda dari Tawangmangu, digunakan sebagai tempat meditasi.
  • Puncak Lawu, tempat yang dipercaya memiliki kekuatan magis dan dipercaya merupakan tempat peristirahatan terakhir Prabu Brawijaya V (Maharaja Majapahit terakhir)

Seperti banyak resort pegunungan yang lain, di Tawangmangu banyak dijumpai penjual sate kelinci. Penjual sate kelinci biasanya berjualan dengan pikulan dan berjualan di sela-sela pohon cemara.

Sumber :

http://www.kabaresolo.com/KabareSoloSekitar04.htm

2 Juni 2009

Sumber Gambar:

http://ipi.pnri.go.id/Rakerpus_XIV/image/tawangmangu.jpg

SOLO TECHNOPARK SUDAH DILUNCURKAN


Pemerintah Kota (Pemkot) Solo bertekad menjadikan Kota Solo sebagai kota vokasi dan pusat inovasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Tekad itu disusul dengan rencana dibangunnya Solo Technopark sebagai pusat pendidikan dan teknologi, pusat riset, pusat pelatihan dan pusat inkubasi produk baru, serta pusat industri dan perdagangan.

Wacana tersebut mengemuka dalam acara soft launchingSolo Technopark, Selasa (19/5) di Gedung Pusat Riset and Development (R&D). Solo Technopark merupakan kawasan terpadu menggabungkan dunia industri, perguruan tinggi, riset dan pelatihan, kewirausahaan, perbankan, pemerintah pusat dan daerah, yang sarat dengan teknologi, di kawasan Pedaringan, Jebres, Solo, Jawa Tengah.

Meskipun pembangunan kawasan baru mencapai 30 persen, Pemkot Solo menggelar soft launching kawasan tersebut di Gedung Pusat Research and Development (R&D). Gedung itu kini digunakan oleh para peserta pendidikan dan latihan Surakarta Competency and Technology (SCTC).

Gedung riset dan pengembangan tersebut merupakan tempat pendidikan dan pelatihan mekanik, las, bisnis inkubator, dan pusat pelayanan inovasi untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM). Selain gedung R&D, di kawasan Solo Technopark juga berdiri Gedung Teaching Factory, yang akan digunakan sebagai tempat pelatihan dan produksi dengan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan SMK-SMK di Kota Solo.

Acara peluncuran tersebut dihadiri oleh Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka (ILMTA) Departemen Perindustrian Anshari Bukhari dan Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Utama PadmadinataAcara ditandai dengan peluncuran logo Solo Technopark oleh Wali Kota Solo Joko Widodo, dan penandatanganan kerja sama Pemkot Solo dan Direktorat Jenderal ILMTA Departemen Perindustrian tentang rencana pembuatan prototip mesin perkakas dan pengembangan inkubator bisnis di bidang pengolahan rumput.

"Di antara kota-kota lain yang membangun Technopark, Kota Solo merupakan yang paling siap dan paling mapan," kata Anshari. Anshari berharap, kawasan ini akan menghasilkan sumber daya manusia yang handal di bidang industri.

Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Daerah Triyanto menegaskan, SCTC merupakan embrio didirikannya Solo Technopark. SCTC dirintis sejak 2001 atas rekomendasi Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) Departemen Pendidikan Nasional dan Indonesian German Intitutes (IGI). Bekerja sama dengan Akademi Teknik Mesin Industri Surakarta, Pemkot Solo melahirkan lembaga diklat kompetensi mesin dengan nama SCTC.

Untuk biaya operasionalnya, sejak 2004 lalu SCTC menerima bantuan peralatan dari IGI dan menyelenggarakan pendidikan dan latihan mekanik atau mesin bagi para pemuda penganggur. Selain itu, SCTC juga membina SMK-SMK dengan program keahlian mesin perkakas. Di SCTC, lamanya pendidikan dan latihan hingga sembilan bulan. Menilai keberhasilan SCTC, tahun 2006 lalu Pemkot Solo pun menggagas konsep Solo Technopark. (19 Mei 2009)


Sumber :

http://edukasi.kompas.com/read/xml/2009/05/19/16105417/wah.solo.technopark.sudah.diluncurkan

2 Juni 2009

Sumber Gambar:

http://img152.imageshack.us/img152/8914/s5020703os5.jpg


GESANG MARTOHARTONO, SEBUAH LEGENDA MAESTRO KERONCONG




Tak banyak penyanyi atau pemusik Indonesia yang bisa menjadi legenda di masyarakat. Satu dari yang sedikit itu, ialah maestro keroncong asal Solo, Gesang Martohartono, pencipta lagu Bengawan Solo. Sebuah lagu keroncong yang menyeberangi lautan. Lagu yang sangat digemari di Jepang. Lagu merupakan bahasa umum yang melintasi dunia. Lagu yang telah menjembatani pertukaran kebudayaan pada akar rumput antara Jepang dan Indonesia.

Dan, tak banyak pula dari penyanyi atau pemusik Indonesia yang bisa bertahan hingga usia 85 tahun. Gesang bahkan telah membuktikan bahwa dalam usianya yang ke-85 tahun, masih mampu merekam suaranya. Rekaman bertajuk Keroncong Asli Gesang itu diproduksi PT Gema Nada Pertiwi (GMP) Jakarta, September 2002.

Peluncuran album rekaman itu bertepatan dengan perayaan ulang tahun Gesang ke-85, yang diadakan di Hotel Kusuma Sahid di Solo, Selasa (1/10) malam. Hendarmin Susilo, Presiden Direktur GMP, menyebutkan produksi album rekaman Gesang yang sebagian dibawakan sendiri Gesang, merupakan wujud kecintaan dan penghargaannya pada dedikasi sang maestro terhadap musik keroncong.

Sudah empat kali PT GMP memproduksi album khusus Gesang, yaitu pada 1982, 1988, 1999, dan 2002. Dari 14 lagu dalam rekaman compact disk (CD), enam di antaranya merupakan lagu yang belum pernah direkam. Yaitu Seto Ohashi (1988), Tembok Besar (1963), Borobudur (1965), Urung (1970), Pandanwangi (1949), dan Swasana Desa (1939). Selebihnya lagu-lagu lama karya Gesang, yang temanya menyinggung usia Gesang yang sudah senja seperti Sebelum Aku Mati, Pamitan, dan tentu saja Bengawan Solo. 

Ini memang lebih sebagai album penghormatan atas sebuah legenda daripada sebuah produk yang tak punya selling point. Dalam album ini suara Gesang agak "tertolong" karena didampingi penyanyi-penyanyi kondang: Sundari Soekotjo, Tuty Tri Sedya, Asti Dewi, Waldjinah. 

"Terus terang, suara saya jelek. Apalagi saat rekaman itu saya sedang sakit batuk, sehingga terpaksa diulang-ulang hingga, ya, lebih lumayan," ungkap Gesang polos. Menurut dia, sebenarnya aransemen dan iringan musik oleh Orkes Keroncong Bahana itu dia rasa kurang cocok untuk kondisi vokalnya. 

***
SUDAH lima tahun terakhir, perayaan HUT Gesang diadakan di hotel yang sama. Penyelenggaranya gabungan dari anggota keluarga Gesang dan Yayasan Peduli Gesang (YGP) dari Jepang. YGP semula merupakan wadah sejumlah warga Jepang yang memiliki penghormatan khusus pada Gesang, dan mereka menghimpun dana untuk membantu kehidupan Gesang. Sebagian dari mereka adalah orang Jepang yang berusia di atas 80 tahun, karena pada masa perang dahulu sudah mengagumi lagu Bengawan Solo.

Mereka datang berombongan dari Jepang-asal Tokyo, Pulau Shikoku, Yokohama-dan tiba sehari sebelumnya. Setiap tahun anggota rombongan berganti-ganti, dan sebagian anggota tetap. Menurut Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang, Okihara Toshio, sebenarnya banyak warga Jepang yang berniat datang ke Solo, tetapi terbentur teknis untuk mengumpulkan mereka sehingga hanya terkumpul 26 orang. 

Bayangkan. Mereka menempuh jarak ribuan kilometer hanya untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada Gesang. Selain mesti membeli tiket pesawat terbang pergi-pulang dan mengeluarkan biaya akomodasi, mereka juga membawa cenderamata buat Gesang. Dari amplop berisi uang yen hinga lukisan. Bahkan ada yang sengaja datang ke Solo untuk bisa bernyanyi (bermain piano) bersama Gesang. Ada juga yang menari. 
Ketua Yayasan Peduli Gesang, Ny Yokoyama Kazue (55) agak menyayangkan ketidakhadiran sejumlah warga Jepang yang tinggal di Kota Solo, padahal tahun lalu saat perayaan HUT Gesang mereka datang. HUT yang istimewa itu, 85 tahun, hanya dihadiri kurang dari 100 orang. 

Ia juga menyayangkan ketidakhadiran kalangan pemusik dan penyanyi keroncong setempat. Padahal panitia dari Jepang telah menyiapkan penghargaan kepada mereka. HUT Gesang malam itu terasa sepi tanpa kehadiran penyanyi Waldjinah, komponis Andjar Any, atau kalangan musik keroncong lainnya. Tak satu pun kalangan pejabat yang hadir, maupun mereka yang selama ini menyebut dirinya menghargai musik Indonesia. 

Barangkali ini sebuah ironi tentang sebuah bangsa yang konon sangat mengagungkan kepahlawanan. Ny Yokoyama mengaku, sebenarnya ia hanya melanjutkan usaha mendiang Hirano Widodo, salah seorang warga Jepang (tinggal di Klaten) pengagum Gesang. "Saya sudah telanjur berjanji pada Pak Hirano tatkala beliau dirawat di rumah sakit," tutur Ny Yokoyama. Ia bahkan mengaku, sebelumnya tidak mengenal Gesang. 

***
MENYEBUT kekaguman terhadap Gesang sebagai sebuah legenda, rasanya tidak adil tanpa menyebut peran PT Gema Nada Pertiwi yang dipimpin Hendarmin Susilo (57). "Saya termasuk warga keturunan, tetapi saya cinta negeri ini, dan menyukai lagu-lagu daerah di sini seperti gending, degung, lagu-lagu Tapanuli, terutama keroncong," ungkapnya. 

Hendarmin mengaku, kecintaannya pada musik keroncong seperti sudah mendarah-daging, dan karena itu ia siap berkorban. Ia juga menghormati Gesang, bahkan telah menganggapnya sebagai "orangtua"-nya. 

Kalau bukan berdasar rasa kagum dan penghargaan yang mirip mitos, rasanya memang tak masuk akal sebuah perusahaan rekaman memproduksi album rekaman musik keroncong. "Apalagi di masa sulit sekarang ini," kata Hendarmin. "Memang banyak teman Asiri yang menyebut saya gila." 

Ditambahkan, kalau cuma dihitung dengan ilmu dagang, memproduksi album keroncong jelas merugi. Tentang besarnya prosentase pemasaran album musik keroncong, misal dibanding musik pop, Hendarmin bertamsil, "Wah, kita harus menggunakan kaca pembesar untuk bisa melihatnya." 
Sebagai gambaran, rekaman Album Emas Gesang (1999) cuma laku 7.000 kaset dan 1.000 CD. Bandingkan dengan album musik pop Indonesia yang, kalau meledak, bisa mencapai 400.000 keping. "Tetapi, dalam hidup ini kan ada harga yang lain. Yakni ketika kita dihargai oleh orang lain, seperti penghargaan orang Jepang terhadap Pak Gesang itu. Macam itu tidak bisa dinilai dengan uang saja," katanya. 

Hendarmin juga menyebutkan, sebenarnya bukan hanya kalangan masyarakat Jepang yang mengagumi Gesang. Nama Gesang dengan Bengawan Solo-nya juga cukup dikenal pula di daratan Tiongkok. Dalam kaitan itu ia menyebut jasa Bung Karno yang pada masa lalu sering membawa misi kesenian ke RRC, juga Vietnam, dan negara Asia Tenggara yang lain.

Bengawan Solo

bengawan solo, riwayatmu ini 
sedari dulu jadi perhatian insani 
musim kemarau, tak seberapa airmu 
di musim hujan air meluap sampai jauh ... 

mata airmu dari solo 
terkurung gunung seribu 
air mengalir sampai jauh 
akhirnya ke laut ... 

itu perahu, riwayatmu dulu 
kaum pedagang s'lalu naik itu perahu

Keroncong yang Menyeberangi Lautan 
Lagu "Bengawan Solo" yang berlanggam keroncong, sangat terkenal di Jepang. Orang Jepang langsung tahu bila kita menyebut "Bengawan Solo", karena sudah sejak lama mereka kenal. Terutama bagi mereka yang sudah berusia lanjut, mendengar lagu ini menimbulkan adanya perasaan nostalgia. Demikianlah, melalui "Bengawan Solo" yang digubah, telah tumbuh pertukaran yang bersejarah antar rakyat Jepang dan Indonesia. 

"Bengawan Solo" masuk ke Jepang untuk pertama kali sekitar setengah abad yang lalu di kala masa perang. Pada waktu tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa, lagu itulah yang dari radio terdengar secara luas di kalangan serdadu Jepang serta orang-orang Jepang yang berada di sini. 

Seusai perang, berkat para tentara Jepang dan orang-orang perusahaan dagang Jepang yang pulang kembali ke negerinya, lagu tersebut kerap terpelihara eksistensinya, bahkan "Bengawan Solo" dengan syair dalam bahasa Jepang menjadi sangat populer. Konon orang orang di Jawa yang mendengar lagu itu merasakan ketenangan hati serta nostalgia, mengingatkan mereka akan masa mudanya karena melodi lagu serupa dengan lagu rakyat Jepang. 

Salah pengertian bahwa "Bengawan Solo" merupakan lagu rakyat yang komponisnya tidak dikenal, berlangsung cukup lama. Akan tetapi ada orang-orang Jepang yang berdaya upaya bagi terjalinnya pertukaran antar rakyat biasa dengan Indonesia, mereka mencari melodi-melodi indah dari negeri-negeri lain dan membantu para komponis yang terlupakan. 

Setelah mencari dan melacak keberadaan penggubahnya, Gesang pada tahun 1989, dengan dana yang dikumpulkan dari himpunan persahabatan Jepang-Indonesia di berbagai tempat di Jepang, telah dibentuk Dana Himpunan Gesang dengan alasan bahwa "Bengawan Solo bersifat Abadi", bahkan sampai didirikan sebuah monumen patung setengah badan Gesang di Taman Jeruk, Kota Solo. 

Gesang datang pada festival salju Sapporo atas undangan himpunan persahabatan Sapporo dengan Indonesia pada tahun 1980, untuk pertama kali. Setelah itu telah berkali-kali datang ke Jepang atas undangan himpunan persahabatan Jepang. Demikianlah pagelaran keroncong berlangsung di Jepang untuk pertama kali dengan membawakan lagu "Bengawan Solo". Melalui Gesang dan musik keroncong, orang menjadi sadar bahwa musik adalah sesuatu yang mutlak perlu bagi persahabatan dan perdamaian dunia. Lebih-lebih lagi, berkat kerendahan hati Pak Gesang; kepribadiannya telah membawa keakraban dan kehangatan bagi orang Jepang. Berkat kunjungannya ke Jepang, keroncong telah mengalami boom secara diam-diam. 

Lagu merupakan bahasa umum yang melintasi dunia. "Bengawan Solo" yang melintasi batas negara, dengan memperkayakan hati manusia telah menjembatani pertukaran kebudayaan pada akar rumput antara Jepang dan Indonesia. 


Sumber :
TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia), sumber Kompas dan www.id.emb-japan.go.jp/283p18.html  dalam :

http://tokohindonesia.com/ensiklopedi/g/gesang/index.shtml

2 Juni 2009


Sumber Gambar :


http://www.elshinta.com/v2003a/images/foto/bengawan%20solo.jpg

http://www.republika.co.id/images/news/2008/10/20081008131933.jpg